JAKARTA – Gelombang Tsunami yang menerjang Selat Sunda, menyisahkan korban jiwa dan kerusakan parah. Data sementara dilaporkan (23/12/2018) tercatat sedikitnya 43 orang meninggal dunia, 584 orang luka-luka, 2 orang hilang dan puluhan bangunan rusak.
Hingga pukul 07.00 WIB Minggu pagi, kerusakan fisik terdata 430 unit rumah rusak, 9 hotel rusak berat, 10 kapal rusak berat dan puluhan rusak. Sementara jumlah pengungsi masih dalam pendataan.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho merilis data korban maupun kerusakan kemungkinan masih akan terus bertambah mengingat belum semua daerah terdampak didata. BNPB menghimbau untuk sementara tidak melakukan aktivitas di pantai Selat Sunda, dan meminta semua pihak agar tidak terpancing isu yang menyesatkan.
“Jangan terpancing isu yang menyesatkan yang disebarkan oleh pihak yang tidak jelas. BMKG dan Badan Geologi masih melakukan penelitian lebih lanjut,” ujar Sutopo Purwo Nugroho melalui keterangan resminya, Minggu pagi (23/12/2018).
Menurutnya, BMKG telah menyampaikan secara resmi bahwa tsunami telah terjadi dan menerjang beberapa wilayah pantai di Selat Sunda, diantaranya di pantai di Kabupaten Pandeglang, Serang, dan Lampung Selatan. Tsunami terjadi pada 22/12/2018 sekitar pukul 21.27 WIB.
Dia menambahkan, kemungkinan tsunami terjadi akibat longsor bawah laut karena pengaruh dari erupsi Gunung Anak Krakatau. Pada saat bersamaan terjadi gelombang pasang akibat pengaruh bulan purnama. Jadi ada kombinasi antara fenomena alam yaitu tsunami dan gelombang pasang.
“Tsunami bukan dipicu oleh gempabumi. Tidak terdeteksi adanya aktivitas tektonik,” kata Sutopo. (Sumber: BNPB)
Comment