TOPIKSULTRA,KOLAKA UTARA – Sekira 7 Kilometer jalan Trans Sulawesi yang menghubungkan Kecamatan Batu Putih-Porehu Kabupaten Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara rusak parah. Terpantau, sejumlah titik penuh kubangan.
Kondisi jalan trans Sulawesi ini susah diakses kendaraan dan berdampak pada biaya hidup yang melambung tinggi.
Rusaknya jalan provinsi tersebut membuat warga dari enam desa di Kecamatan Porehu nyaris terisolir. Tidak hanya itu, harga kebutuhan sandang dan papan juga ikut melambung.
Salah satu Pedagang ikan yang setiap hari berjualan di kecamatan Porehu, Rasman menyebut, dua kali terguling bersama motornya karena medan jalan yang cukup memprihatinkan. Jalur ini harus ia lalui setiap hari sebagai pedagang ikan ke sejumlah desa di Porehu.
“Jatuh mas, kalau jualan dengan teman. Jadi kalau jatuh ada yang bantu bangunkan atau dorong di tanjakan yang rusak,” ungkap Rasman kepada TOPIKSULTRA.COM, Rabu (15/3/2023).
Lebih lanjut, Rasman mengatakan, rusaknya jalan provinsi ini hanya kendaraan double cabin, hardtop dan dump truck yang mudah melintas. Akibatnya, biaya transportasi untuk kebutuhan hidup masyarakat juga melonjak.
Hal Senada, Ibu Rumah Tangga Desa Loka Kecamatan Tolala, Jariah (36) mengungkapkan, harga beras mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Beras 50 kilogram jika di pasar bisa diperoleh seharga Rp 600 ribu sementara di Kecamatan Porehu Rp 680 ribu-Rp 700 ribu.
“Tidak bisa belanja sedikit-sedikit karena habis di biaya pengantaran,” ujarnya.
Menurutnya, hal ini disbabkan kondisi jalan yang tidak memungkinkan dilewati kendaraan bermotor.
“Masyarakat di kecamatan Porehu dan Loka Kecamatan Tolala dalam sepekan hanya sekali ke pasar di Kecamatan Batu Putih karena transportasi sangat sulit.
Sementara ditempat terpisah, Camat Porehu, Darlis Kalimu menjelaskan, jalan menanjak dan rusak parah itu menyusahkan warga. Kondisi itu berdampak pada harga jual hasil pertanian karena harus mengeluarkan biaya transportasi yang cukup tinggi.
Menurut Darlis Kalimu, pada dasarnya ada jalan kabupaten sebagai alternatif yang bisa ditempuh dari arah berlawanan yakni dari Desa Lelewawo. Konsekuensinya, warga harus melalui perjalanan dengan jarak tempuh dua kali lipat.
“Sebenarnya ada pengerjaan masing-masing dua kilometer pada tahun berbeda sebelumnya. Hanya saja saya lihat ini tahun terakhir kontraktornya hanya selesaikan satu kilo meter saja. Saya tidak tahu apa masalahnya,” ungkap camat.
Darlis Kalimu berharap, tahun ini Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) bisa memperbaiki jalan trans ini agar warganya bisa menikmati infrastruktur jalan yang layak.
“Minimal jalur tanjakan bisa dibeton agar masyarakat tidak lagi jatuh-bangun saat melintas,” harapnya l.
Sama juga dengan Anggota DPRD Kolaka Utara dari Fraksi Demokrat, Basman mengaku prihatin melihat kondisi jalan Trans Sulawesi sudah lama rusak seperti ini bahkan tahunan.
“Tiga tahun sebelumnya telah ada perbaikan dari Pemprov Sultra namun tidak diikuti upaya pemeliharaan.
“Jadi kalau sudah ada yang terlanjur rusak akan terus melebar hingga sulit dilalui karena perawatannya tidak ada,” paparnya.
Basman menegaskan, akan mendesak pemprov dan legislatif Sultra memperhatikan nasib warga Porehu. Pasalnya, jalur yang terparah saat ini terbagi di beberapa titik meliputi akses menuju Desa Leleulu, Loka dan Larui.
“Parah sekali dan kasihan masyarakat yang bermukim di wilayah pegunungan kecamatan Porehu,” ujarnya.
Laporan : Ahmar
Comment