“Keajaiban” dari Medali Emas Pertama Indonesia di Olimpiade Tokyo 2020

Kolom, Opini142 Views
banner 468x60

“Keajaiban” itulah kesan kuat ketika menyaksikan partai final ganda putri cabang bulutangkis pada Olimpiade Tokyo 2020, yang juga ajaib karena digelar tahun 2021 tetap menggunakan tahun 2020.

Betapa tidak? Ketika shutllecock menyangkut tipis di kaki Apriyani kemudian dengan tenang dikembali ke arah lawan dengan pukulan dari belakang, dan akhirnya membuahkan point krusial di babak kedua, maka itulah “keajaiban”.

Pasangan Greysia Poli’i dan Apriyani Rahayu pantas menyandang gelar juara sekaligus membawa pulang medali emas setelah mengalahkan pasangan Tiongkok Chen Qing cheng/Jia Yi Fan, dua set langsung dengan skor meyakinkan 21-19, 21-15. Serentak seluruh anak bangsa di bumi pertiwi, bersyukur diantara jutaan rakyat menangis dan tertawa sebuah kegembiraaan bahwa pada saat Indonesia juara angka kematian tertinggi pada masa pandemi Covid-19 global seluruh dunia, ada angin segar sebuah medali emas dari pasangan tidak pernah diunggulkan. Inilah “keajaiban”.

Dan “keajaiban” itu memang mutlak dari Allah Subahanahu Wa Ta’ala, Tuhan Yang Esa, Tuhan Yang Maha Kuasa, itu karena sepanjang pertandingan mulut Apriyani Rahayu selalu komat kamit memanjatkan doa, dan diantara ketegangan dan menenangkan mental. Juga begitu sigap meneriakkan “Hua …”, apalagi juga didukung jutaan rakyat Indonesia memanjatkan doa dalam setiap teplokan, bahkan ketika meminta supaya point demi point terkumpul untuk pasangan emas Olimpiade Tokyo 2020.

Jutaan doa juga selalu saja mengalir semilir dari bibir, mulut dan tenggorokan bangsa Indonesia ketika ada duta atau atlet bertanding di level internasional, apalagi Olimpiade. Dan gerakan doa seluruh anak bangsa itu adalah “keajaiban”.

Apalagi dengan harapan merebut medali emas sudah di depan mata, walau peluang itu sangat kecil bahkan hampir hilang ditelan kesombongan pada atlet dan cabang olahraga lain. “Keajaiban” di lapangan nampak dari komat kamit Apriyani Rahayu dan dari kalung dengan liontin salip dari Greysia Poli’i kadang di luar kaos kadang dimasukkan, menandakan bahwa selain usaha maksimal dengan berbagai strategi, juga selalu memanjatkan doa kepada Sang Yang Maha Kuasa, pemilik sah “keajaiban”.

Sekedar mengingatkan sebuah kisah keajaiban dalam ibadah dan itu bukan sesuatu yang mustahil di dunia olahraga sekalipun. Dimana ketika sang “Pintu Ilmu” Ali bin Abi Thalib berangkat sholat subuh ke masjid Nawawi Madinah dengan kebiasaan sholat dilaksanakan menjelang terbit matahari, ketika berjalan di depan Ali ada seorang tua nampak dari rambutnya sudah memutih.

Waktu sholat subuh hampir habis, Ali pun tetap tidak menyalib atau meminta maaf untuk mendahului, tetap dengan sabar menunggu orang tua itu.

Diluar dugaan tepat di depan pintu gerbang masjid Nabi, masjid Nabawi Madinah, orangtua itu bukan masuk masjid tetapi berjalan terus kemudian diketahui bahwa ia memang seorang Nasrani.

Dan kesabaran Ali bin Abi Thalib itu telah mendapat ganjaran sangat “ajaib”, Nabi Muhammad pada saat ruku’ dalam waktu cukup lama hingga matahari hampir saja terbit (batas waktu sholat subuh habis), sehingga Ali sempat mengikuti sholat subuh berjamaah dengan Rasulullah SAW hingga selesai.

Singkat cerita “keajaiban” itu karena saat Nabi Muhammad ruku, ternyata Allah SWT memerintahkan malaikat Jibril dengan sayapnya menahan posisi ruku Nabi, dan matahari tidak terbit karena Allah SWT memerintahkan malaikat Mikail menahan matahari sampai sholat subuh berjamaah itu selesai. Ya kesabaran Ali membuahkan “keajaiban”.

Pasangan Greysia Poli’i dan Apriyani Rahayu dnegan kesabaran memainkan shuttlecock begitu indah dan disertai doa, juga permohonan doa dari seluruh rakyat Indonesia, dengan kepercayaan tinggi. Walhasil “keajaiban” terjadi pada Senin (2/8/2021) di Tokyo.

Pada pukul 13:24 WIB resmi merah putih berkibar dan lagi kebangsaan Indonesia Raya bergetar, juga menggetarkan seantero nusantara. Itulah “keajaiban”.

Malaikat Jibril dan Mikail mendapat tugas khusus ketika membayar kesabaran Ali bin Abi Thalib, setelah selesai sholat dan sahabat-sahabat bertanya kepada Nabi Muhammad, kemudian malaikat Jibril menyampaikan jawaban seperti tertulis di atas. Atas perintah pemilik “keajaiban”.

Pasangan Greysia Poli’i dan Apriyani Rahayu, sudah tinggal menunggu waktu dengan kesabaran, usaha maksimal, berdoa setiap di medan laga, maka tidak ada hal yang tidak mungkin Allah SWT menugaskan malaikat membuat semua terjadi seperti kehebdakNya medali emas bulutangkis ganda putri milik Indonesia karena “keajaiban”.

Itulah sekedar mengingatkan bahwa “keajaiban” itu nyata adanya dan setiap saat bahkan setiap waktu, dapat terjadi karena kehendak Yang Maha Esa, Yang Maha Kuasa, Allah SWT.

Pasangan Greysia Poli’i dan Apriyani Rahayu, tecatat sebagai wanita ketiga dan keempat yang mempersembahkan medali emas dari cabang bulutangkis setelah Susi Susanti (tunggal putri) pada Olimpiade Barcelona 1992 dan Lilyana Natsir yang berpasangan dengan Tantowi Ahmad (ganda campuran) pada Olimpiade Rio 2016.

“Keajaiban” itu semakin menguat ketika melihat daftar ranking ganda putri dunia, pasangan emas Indonesia pada Olimpiade Tokyo 2020, hanya posisi kedelapan. Inilah “keajaiban” dan “keajaiban”.

Inilah Daftar Ranking Women’s Double (Ganda Putri)

1. Chen Qin cheng/Jia Yi Fan

2. Yuki Fukushima/ Sayaka Hirota

3. Mayu Matsumoto/ Wakana Nagahara

4. Lee So Hee/ Shin Seung Jae

5. Du yue/ Li yin hui

6. Kim So Yeong/ Kong hee yong

7. Misaki Matsumoto/ Ayaka Takahasi

8. Greysia Polii/ Apriyani Rahayu

9. Chang Ye Na/ Kim Hye Rin

10. Baek Ha Na/ Jung Kyung Eun.

*Penulis adalah Pemimpin Redaksi wartatransparansi

Editor

Comment