KENDARI, TOPIKSULTRA.COM — Direktur RS Bahteramas, dr H Sjarif Subijakto SPJP (K) FIHA mengungkapkan adanya kesalahan prosedur penanganan tiga pasien terpapar Covid-19 mengakibatkan 4 (empat) dokter dan 31 perawat harus menjalani isolasi karena dicurigai terinfeksi virus corona dengan status Orang Dalam Pengawasan (ODP).
“Awalnya pada saat tiga pasien positif masuk rumah sakit mereka lewat Instalasi Gawat Darurat. Sebenarnya, prosedurnya kalau pasien itu dirujuk dari rumah sakit lain atau dari syahbandar dan KKP, masuknya harus lewat isolasi bukan lewat IGD,” ucapnya, Sabtu (21/3).
Insiden kesalahan penanganan pasien ini terjadi, Sjarief menjelaskan karena ketiga orang terinfeksi itu datang dengan sendirinya ke RS Bahteramas dalam keadaan belum diketahui status terinfeksi atau belum.
“Akhirnya pasien ditangani di IGD. Belakangan, diketahui mereka positif. Makanya semua petugas yang berinteraksi dengan tiga pasien tersebut di IGD maupun di Isolasi terindikasi, dicurigai terpapar,” jelasnya.
Pihak RS Bahteramas mengambil langkah untuk mengisolasi tenaga medisnya. Dirincikan ada 17 petugas di IGD dan 18 petugas di Ruang Isolasi ditotalkan sebanyak 35 orang untuk menjalani isolasi bertujuan memutus rantai penularan.
“Sehingga meraka tidak berinteraksi dengan keluarganya, tetangganya. Namun mereka masih melakukan pekerjaan sehari hari sebagai perawat,” urainya.
Menurut Sjarif, dikatakan ODP bagi mereka yang punya riwayat kontak dengan pasien, juga status ODP berlaku bagi mereka yang memiliki gejala flu, demam sesak napas dan lain-lainnya dipastikan pernah kontak erat dengan pasien terinfeksi.
“Seluruh ODP petugas RS Bahteramas ini ada yang minta dirumahkan dan sisanya menjalani isolasi di ruang VIP dan VVIP RS Bahteramas Kendari. Keseluruhan kalau menunjukkan gejala, akan diberikan obat. Kita selalu bersama dokter ahli paru,” tuturnya.
Para ODP petugas RS Bahteramas juga akan menjalani serangkaian pemeriksaan srek tenggorokan secara berkala, namun diungkapkan alat Virus Transport Media (VTM) yang disediakan Dinas Kesehatan mengalami kekurangan.
“Yang tersisa dan saat ini tersedia tinggal 17 unit, mesti didatangkan dari pusat. Presiden memerintahkan untuk mengembangkan Rapid Test untuk warga dicurigai terinfeksi Virus Corona untuk digunakan di kota-kota besar. Sayangnya, alat itu belum masuk di Sultra. Anggaran Dinas Kesehatan kita bisa gunakan untuk belanja Rapid Test, semua tergantung inovasi,” jelasnya menambahkan.
Laporan: Hendriansyah
Comment