TOPIKSULTRA.COM, KENDARI — Perusahaan tambang nikel yang beroperasi di Lameruru Kabupaten Konawe Utara, sepakat saling memaafkan, atas insiden demo anarkis, yang terjadi Jumat, (23/4/2021).
Unjuk rasa yang menuntut kompensasi lahan tersebut, pendemo sempat membakar sebuah jembatan yang dibangun PT Tiran.
Setelah melalui mediasi, Ahad, (25/4/2021), pihak perusahaan dan kelompok pendemo sepakat memilih jalan damai dan saling memaafkan.
Koordinator lapangan (Korlap) demo, Mustaman, menyampaikan permohonan maaf atas peristiwa pembakaran jembatan yang terjadi Jumat. “Kami meminta maaf kepada PT. Tiran atas tindakan kami,” ujar Mustaman, Minggu (25/4/2021).
Mustaman mengaku menyesal atas insiden yang terjadi, dan mengingatkan pihak lain agar tidak ada yang memanfaatkan kejadian ini untuk kepentingan diri dan kelompoknya.
Humas PT Tiran Group, H. La Pili, menyambut baik permohonan maaf pendemo, atas insiden unjuk rasa beberapa hari lalu.
Pihak perusahaan, kata La Pili, telah melakukan langkah-langkah persuasif dan melahirkan solusi yang menjadi kesepakatan bersama.
“Alhamdulillah, sudah ada pernyataan resmi perwakilan pendemo tentang permintaan maaf kepada pihak PT Tiran Indonesia atas aksi yang terjadi, kami berlapang dada memaafkan mereka,” katanya.
Menurutnya, dengan adanya kesepakatan damai tersebut, pendemo yang sempat menjalani pemeriksaan untuk diambil keteranganya oleh pihak kepolisian, sudah kembali ke rumah mereka masing-masing dan berjanji tidak akan mengulangi lagi perbuatannya.
Adapun fasilitas yang rusak saat demo pihak perusahaan akan memperbaiki.
La Pili, berharap, ke depan warga bisa bergandengan tangan dengan perusahaan, agar penambahan lapangan kerja semakin terbuka untuk masyarakat sekitar.
“Apalagi kondisi ekonomi saat ini semakin sulit, yang berdampak bertambahnya kemiskinan , pengangguran, dan lain sebagainya,” katanya.
Menurutnya, PT Tiran Indonesia yang beroperasi di Lameruru, selalu memberikan CSR dan Tali Asih kepada Lima desa yang masuk dalam wilayah Tiran Indonesia.
Termasuk pada bulan suci ramadan ini, perusahaan juga memberikan ribuan paket ramadan pada setiap rumah tangga tanpa terkecuali. “Ini sebagai bentuk kepedulian kepada masyarakat di Wilayah perusahaan,” tuturnya.
Hanya saja, kata La Pili, pihaknya tidak bisa memenuhi adanya pernintaan kompensasi satu desa, yang menuntut kompensasi lahan hutan.
“Untuk permintaan dimaksud tidak mungkin dipenuhi, karena lahan tersebut adalah lahan hutan produksi yang sudah dibayarkan ke negara,” kata La Pili.
Terkait tenaga kerja, La Pili mengatakan bahwa sekitar 95 persen karyawan PT Tiran adalah masyarakat sekitar. Sehingga secara umum mereka nyaman dengan keberadaan PT Tiran Indonesia. “Hanya terkadang ada oknum atau pihak-pihak tertentu yang mencoba memprovokasi saja. Jadi kami sangat berharap agar kami dari pengusaha pribumi mendapat dukungan penuh,” tuturnya. (Red)