Penulis: Darren Malaikan (Fotografer)
Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, memiliki luas wilayah 823 km² yang terbagi empat pulau terpisah yakni, Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia dan Binongko. Empat pulau ini terkenal indah sebagai salah satu tempat wisata favorit yang didukung dengan keindahan bawah laut dan pasir putih yang melintang disetiap pulau.
Keindahan secara alamiah yang dimiliki Wakatobi sebagai Kabupaten terbaik dari 500 Kabupaten yang ada di Sulawesi Tenggara (Sultra), telah ditetapkan oleh Presiden Indonesia sebagai 10 destinasi terbaik (top Ten destination).
Daerah Tujuan Wisata (DTW) merupakan tempat di mana segala kegiatan pariwisata bisa dilakukan dengan tersedianya segala fasilitas dan atraksi wisata untuk parawisatawan dengan memiliki unsur daya tarik sesuatu yang dinikmati dan berkesan.
Daya tarik wisata yang berkesan adalah sarana dan prasarana yang tidak sama dengan daerah pariwisata lainnya tetapi, sejak pemekaran 8 Desember 2003 lalu, hanya memiliki beberapa icon sebagai simbol potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara.
Contoh Icon yang dimaksut seperti patung Kuda Laut di kantor Dinas Pariwisata, patung Tari di Pesanggrahan atau Taman Budaya, Kecamatan Wangi-wangi Selatan, patung Gurita di desa Waelumu, Kecamatan Wangi-wangi, patung Ikan Lumba-lumba di desa Waiti’i, Kecamatan Tomia. Ini merupakan salah satu identitas dari segi budaya dan sejarah lokal serta potensi yang kita miliki akan berkesan kepada parawisatawan.
Tetapi, kalau tempat wisata yang dibangun, selalu menonjol pada konsep kekinian, sama halnya dengan tempat wisata di daerah lainnya. Apalagi situs sejarah sengaja dibongkar dan diganti dengan icon kekinian. Contohnya, Tugu Pahlawan di samping lapangan tribun Tomia Timur, pada tahun 2003 lalu, saya masih melihat berdiri kokoh dan kira-kira pada tahun 2005, tugu tersebut dirobohkan. Sekitar tahun 2015 dibangun panggung Rujab (Rumah Jabatan).
Salah satu Tugu Pahlawan yang masih bisa kita saksikan, hanya ada di dua tempat yaitu, di samping gerbang pelabuhan Waha (onemai), Kecamatan Tomia dan Kelurahan Pongo juga masi ada satu tugu Pahlawan masih berdiri kokoh.
Kalau suatu daerah membuat tempat wisata yang diadopsi dari daerah lain atau berkonsep kekinian akan menghilangkan identitas daerah khususnya Wakatobi. Seperti halnya tempat wisata di desa Bajo Mola yang dibangun dengan “Jembatan Pelangi” bukan identitas lokal, tempat Wisata di puncak Toliamba semakin terkonsep kekinian dan juga wisata desa Sombu “Pantai Wambuliga.”
Hal ini sangat menghilangkan daya tarik apalagi menghilangkan kealamiannya. Konsep kekinian yang dipoles dengan beton semakin banyak diterapkan di empat pulau yang ada di Kabupaten Wakatobi.
Sangat disayangkan juga dengan adanya Museum Bajo tidak dimanfaat, bangunan Musem di aula pesanggrahan atau Taman Budaya seharusnya diaktifkan, karena kreatifitas dari banyaknya komunitas dan pengrajin yang ada di Wakatobi akan memiliki daya tarik dan kunjungan yang menarik jika hasil karya seni di pajang di museum tersebut.
Saya sebagai putra daerah berharap, indentitas Wakatobi wajib dipertahankan, karena dengan identitas itulah daerah kita berbeda dari daerah lainnya. Kita perlu pertahankan kearifan lokal, budaya, sejarah dan sebagainya tanpa ada campur aduk dengan konsep budaya yang tidak pernah kita pahami yang tidak memiliki nilai estetik ataupun nilai filosofisnya.
“Konsep Kekinian akan merusak dan melenyapkan identitas suatu daerah.”
Comment