TOPIKSULTRA.COM, KOLAKA UTARA — Angka prevalensi stunting di Kabupaten Kolaka Utara berhasil ditekan secara signifikan oleh Pemerintah Kabupaten melalui kerja keras Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) dengan pendataan bulan sensus stunting yang dilaksanakan oleh seluruh stakeholder yang terlibat.
Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2024, prevalensi stunting turun dari 31,8 persen pada 2023 menjadi 23,6 persen pada 2024. Artinya, terdapat penurunan sebesar 8,2 persen dalam kurun waktu satu tahun.
Capaian tersebut terungkap dalam rapat koordinasi dan fasilitasi TPPS tingkat Kabupaten Kolaka Utara yang dibuka langsung oleh Asisten III Setda Kolaka Utara, Nurjaya, mewakili Bupati Kolaka Utara. Rapat ini turut dihadiri oleh Forkopimda, kepala OPD, camat se-Kabupaten Kolaka Utara, kepala puskesmas, koordinator PKB, serta kepala desa se-Kabupaten Kolaka Utara, sesuai dengan rilis di situs web Kabupaten Kolut, Senin (15/9/2025).
Dalam sambutannya, Nurjaya menegaskan bahwa percepatan penurunan angka stunting merupakan salah satu program prioritas nasional yang harus didukung bersama-sama.
“Percepatan penurunan stunting adalah program prioritas nasional. Presiden sudah menerbitkan Perpres Nomor 72 Tahun 2021 dan kita wajib mengimplementasikannya hingga ke level desa,” ungkapnya.
Lebih lanjut, pihaknya mengatakan bahwa stunting adalah persoalan serius yang berhubungan dengan masa depan bangsa.
“Stunting adalah urusan kesehatan yang esensial dan berdampak jangka panjang bagi generasi kita. Karena itu, penanganannya harus melibatkan semua pihak dengan langkah yang spesifik, terpadu, dan berkelanjutan,” katanya.
Selain itu, Nurjaya juga mengajak semua pihak untuk lebih serius dan berkomitmen dalam upaya percepatan penurunan stunting.
“Saya mengajak kita semua untuk bekerja nyata, bekerja keras, bekerja cerdas, bekerja tuntas, dan bekerja berkualitas melalui sinergi dan kolaborasi bersama seluruh elemen masyarakat,” terangnya.
Salah satu langkah nyata yang kini digencarkan adalah Gerakan Orang Tua Asuh Tiga Stunting (Genting). Program ini merupakan gerakan berbasis komunitas yang melibatkan individu, kelompok, perusahaan, hingga pemerintah daerah untuk menjadi orang tua asuh bagi keluarga berisiko stunting.
“Gerakan orang tua asuh tiga stunting adalah langkah nyata untuk mendukung keluarga berisiko, khususnya ibu hamil, ibu menyusui, dan anak usia 0 hingga 23 bulan,” bebernya.
Menurutnya, meningkatnya pernikahan usia dini di Kolut juga menjadi perhatian. Untuk itu, dilakukan sosialisasi kepada kader yang tergabung dalam Tim Pendamping Keluarga (TPK) agar berperan aktif dalam mendampingi keluarga yang memiliki anak. Hal ini dinilai penting mengingat masih sering terjadi masalah perceraian, kekerasan dalam rumah tangga, serta minimnya waktu berkualitas antar anggota keluarga. Nurjaya mengingatkan bahwa rumah bukan hanya sekadar tempat tinggal, tetapi titik mula peradaban, sehingga diperlukan komitmen bersama untuk memperkuat ketahanan keluarga.
“Meski angka prevalensi stunting di Kolut sudah turun dari 31,8 persen menjadi 23,6 persen, perjuangan ini belum selesai. Tidak ada pihak yang boleh lepas tangan karena penanganan stunting adalah tanggung jawab kita bersama,” tegasnya.
Di sisi lain, Nurjaya menekankan pentingnya strategi bersama dari semua tingkatan pemerintahan.
“Saya menegaskan agar seluruh perangkat daerah, kecamatan, kelurahan, dan desa segera menyusun strategi dalam sinergi agar gerakan percepatan penurunan stunting berjalan lebih cepat dan tepat sasaran,” ucapnya.
Kolaka Utara saat ini memiliki 51 desa dari 13 kecamatan yang menjadi lokus penanganan stunting. Melalui momentum rapat koordinasi ini, pemerintah daerah juga menekankan pentingnya deklarasi komitmen dari seluruh perangkat daerah dan stakeholder lainnya terkait aksi nyata yang sudah, sedang, dan akan dilakukan dalam penanganan stunting.
Diketahui, hal itu juga diungkapkan oleh Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Kolaka Utara, Hj. Hasrayani, S.P., saat memaparkan kegiatan rapat koordinasi di Kecamatan Rante Angin.
“Penyumbang terbesar stunting berada di Kecamatan Rante Angin, yaitu sebanyak 25 anak stunting dan 38 ibu hamil,” tuturnya, Jum’at (24/10/2025).
Laporan: Ahmar
















Comment