WAKATOBI, TOPIKSULTRA.COM – Aktifitas penangkapan ikan menggunakan bom membuat masyarakat Pulau Runduma, Kecamatan Tomia, Kabupaten Wakatobi resah baik karena dentuman dari bom berakibat getaran dirasakan hingga ke pemukiman, kerusakan lingkungan dan matinya ikan dalam jumlah yang banyak.
Hal ini disampaikan oleh aparat Desa Runduma La Isa, bahwa para pelaku pengeboman telah beroperasi hingga awal Januari 2022 menggunakan kapal kayu dan dipastikan bukan dari warga setempat.
“Dari sepanjang Tahun 2021 hingga 2022 ini mereka masih melakukan pengeboman, mereka datang menggunakan dua kapal kayu, silih berganti,” ucapnya kepada topiksultra.com melaui sambungan telephone (18/1).
Masyarakat Runduma kata La Isa tidak berdaya, karena takut menjadi korban apabila ada perlawanan dari para pelaku, karena menurutnya para pengebom tidak segan segan mengancam dengan melempar bom apabila terusik.
“Kita disana hanya mengharap bantuan dari aparat terutama Polairud, nanti kita sama sama dampingi kebetulan mereka masih di lokasi. Kemudian kami juga telah melaporkan ke Anggota DPRD khususnya Dapil Tomia mudah mudahan ada respon,” tambahnya.
Menanggapi itu Anggota DPRD Wakatobi Muh Ikbal mengatakan telah menyagupi laporan masyarakat Tomia terkait aktifitas pengeboman ikan, dengan menyampaikan ke Polres Wakatobi terutama Satuan Polairud namun hingga saat ini belum ada tindakan.
“Kita sudah sampaikan ke Polairud namun ini belum ada tanggapan. Sebenarnya saya sudah didesak sama masyarakat Tomia untuk menyuarakan ini, ini fatal kalau dibiarkan,” tegasnya.
Menurut Anggota DPRD Dapil Tomia ini laporan pemgeboman ikan sudah sering terjadi dan aktivitasnya meningkat dari Tahun 2021 hingga saat ini, namu masyarakat nelayan kesulitan mengakses laporan.
“Dari tahun 2021 kita dapat laporan pengeboman besar besaran di sekitar karang Tomia, Karang Koromaho, di Karang Untuno hingga ke Karang di Pulau Runduma, semua daerah itu jadi lokasi langganan pelaku penangkap ikan menggunakan bom tetapi kita laporkan tidak ditanggapi serius,” tuturnya.
Sementara itu Wakatobi sebagai daerah Data Kawasan Konservasi Alam, Surga Nyata Segitiga Karang Dunia terancam hanya tinggal nama. Ikbal menambahkan, mirisnya para pelaku bukan nelayan setempat.
“Nelayan kita mencari ikan dengan alat ramah lingkungan, tangkapan seadanya karena kita memberikan tekanan dan juga pengertian tetapi orang luar datang menghancurkan ini sangat miris, kita harapkan agar Polres Wakatobi bisa serius menanggapi ini, seandainya seluruh Polsek diopersiapkan untuk menangani masalah bom ikan ini bisa kita tangani karena masyarakat punya wadah untuk melapor dilingkungannya,” urainya.
Laporan : Hendriansyah
Comment