Air Tercemar, Ratusan Hektare Tambak di Batu Putih Tidak Berproduksi

TOPIKSULTRA.COM, KOLAKA UTARA — sebanyak 384 Hektare (Ha) tambak ikan dan udang di wilayah Kecamatan Batu Putih, Kabupaten Kolaka Utara (Kolut) Sulawesi Tenggara terpaksa berhenti berproduksi. Para pemiliknya hanya bisa pasrah dan membiarkan lahan mereka menganggur.

Betapa tidak, pasokan air bersih untuk mengairi kolam budidaya mereka dari sungai setempat berwarna merah kecoklatan akibat aktivitas pertambangan nikel.

Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kolaka Utara, Muhsin menyebut lkan, luas budidaya air payau yang termanfaatkan di Kecamatan Batu Putih sejumlah 384 Hektare (Ha). Berdasarkan data yang dirangkum instansinya, pada 2022 terdapat 134 Ha tidak produktif lagi.

“Salah satu faktor penyebabnya, dampak pertambangan nikel yang tidak terkendali,” ungkap Muhsin saat ditemui dikantonya, Kamis (2/2/2023).

Lebih lanjut Muhsin mengatakan, tambak yang banyak stop produksi yakni Desa Latowu karena sungai yang selama ini dimanfaatkan penambak mengairi tambak, terdampak limpasan dari aktivitas pertambangan hingga berwarna merah.

“Banyak petani tambak yang mengeluh akibat air sungai yang tak kunjung jernih hingga saat ini,” terangnya

Terpisah, salah seorang pekerja tambak di Desa Latowu Nanang (35) masih sempat mengolah tambaknya seluas 1,5 Ha walaupun dengan kondisi air berwarna kemerahan.

“Kadang cepat dipanen meski seharusnya belum waktunya karena jangan sampai mati,” ucapnya.

Nanang menunjukkan beberapa tambak disekitarnya yang tidak aktif lagi dan telah diselimuti rumput liar.

Dia sendiri masih mengolah tambaknya meski keuntungan tipis.

“Sebelum ada pencemaran lingkungan, sekali panen bisa capai Rp40-Rp50 juta. Sekarang jutaan saja lantaran kadang banyak yang mati dan juga timbangan kurang karena cepat panen,” uangkapnya.

Menurutnya, tambak yang diolahnya memang dilalui langsung sungai kecil untuk pengairan, namun sumber mata pencahariannya itu juga berbatasan langsung dengan jalan jety salah satu perusahaan tambang.

“Debu beterbangan setiap kali dump truk perusahaan melintas. Selain limpasan air berlumpur yang mewarnai sungai, banyak pemilik tambak kesulitan karena pekerja beralih menjadi karyawan perusahaan tambang.

“Profesi baru mereka dianggap lebih menjanjikan ketimbang menjadi petani budidaya perikanan darat.”

Laporan : Ahmar

Editor

Comment