TOPIKSULTRA.COM, LASUSUA—Produksi kakao di Kabupaten Kolaka Utara (Kolut), Sulawesi Tenggara kini kembali menjadi primadona petani sejak program revitalisasi kakao dicanangkan 2018 oleh pemkab Kolut.
Salah satu pendamping tehnis revitalisasi kakao di Desa Powalaa, Kecamatan PakueTengah, Amiruddin mengatakan para petani di
wilayah tersebut mulai memetik hasil panen kakao program revitalisasi. Harga jual biji kakao juga semakin membaik. “Saat ini harga jual biji kakao basah di tingkat pengumpul Rp13 ribu dan Rp34 ribu untuk biji kering,” kata Amiruddin kepada topiksultra.com, Sabtu,(16/10/2021).
Menurutnya, dalam satu bulan para petani bisa panen rerata tiga kali, dan setiap panen bisa mendapatkan 1,5 karung atau lebih. “Tergantung luasan kebun yang mereka kelola,” ujarnya.
Menurut Amiruddin, tanaman kakao hasil revitalisasi sebenarnya tidak mengenal musim panen, asalkan pemilik kebun serius melakukan perawatan dan pemeliharaan, maka produk kakao tidak akan pernah putus berbuah. “Sepanjang fokus merawatnya, kalau tidak serius
merawat, hasilnya juga pasti kurang,” tuturnya.
Salah satu pembeli biji kakao di Desa Powalaa, Ahmad Yani menuturkan, dalam bulan Oktober 2021 ini pihaknya sudah mengumpulkan sebanyak 500 kilogram biji kakao basah.
Menurutnya, sebelum melakukan panen, terlebih dahulu para petani kakao akan mengambil karung khusus penyimpanan kakao basah di tempatnya. “Jadi kami siapkan karung khusus untuk mengisi biji kakao
basah, karung ini dilapisi plastik agar airnya tidak menetes,” ujarnya.
Untuk harga beli, kata Ahmad Yani, pihaknya mengikuti harga pasar, dan kebetulan di bulan Oktober 2021, harga biji kakao basah berada kisaran Rp13 ribu.
Ahmad Yani mengakui, bulan ini hasil panen yang dikumpulkan sedikit berkurang dibanding bulan-bulan sebelumnya. “Kalau antara Maret hingga Juli 2021, saya bisa kumpulkan sampai 3 ton,” tuturnya.
Laporan : Ahmar
Comment