Kisah Relawan Medis Covid-19 Asal Kolaka di RS Darurat Wisma Atlet

8 Jam Menahan Kedapnya Baju “Astronot” Tidak Bisa Minum dan ke Toilet

Laporan: Sabaruddin T.Pauluh

TOPIKSULTRA.COM — Delapan jam berdinas mengenakan pakaian safety atau Alat Pelindung Diri (APD), menahan hawa panas dari kedapnya pakaian “astronot” (hazmat), menjadi pengalaman yang tak terlupakan bagi Muhlis Muin dan H.Yuling, dua relawan medis asal Kabupaten Kolaka-Sulawesi Tenggara, yang sudah lebih sepekan bertugas di Wisma Atlet Rumah Sakit Penanganan Darurat Covid-19.

“Suka dukanya menjadi relawan medis Covid-19, bertugas dari jam 8.00-4.00 WIB, jadi selama 8 jam dengan baju hazmat dan APD. Tidak bisa minum maupun ke toilet walaupun hanya sekedar buang air kecil, ” cerita Muhlis Muin, pria kelahiran Mangolo (Dusun Lalodipu) kepada topiksultra.com, Senin pagi (6/4/2020) via seluler

Begini penampakan Muhlis yg siap berperang dengan Corona

Agar bisa bertahan selama 8 jam tanpa minum dan tidak ke toilet dalam balutan pakaian hazmat yang kedap, sehingga keringat terus mengucur di dalam bungkusan pakaian, Muhlis mengaku tidak boleh minum air yang banyak serta makan secukupnya. “Kalau misalnya saya akan mulai tugas jam 8.00, maka sebelum jam itu saya kurangi minum dan makan pun secukupnya dan dipastikan makanan yang kita makan tidak gampang membuat kita buang air, ” kisahnya.

Saat wawancara, Muhlis mengaku sedang off . Ia baru saja menunaikan jadwal piketnya menjaga dan merawat para pasien Covid-19 yang kini dirawat di RS Darurat Wisma Atlet. “Hari ini kebetulan saya off, besok baru lanjut,” ujar Muhlis yang mengaku mulai bertugas terhitung 30 Maret 2020.

Namun demikian, meski jadwal sedang off atau libur, Muhlis tidak bisa bebas berkeliaran. Mereka hanya bisa diijinkan melepas penat dengan cara berolahraga di sekitar wisma atlet. Mereka tidak bisa bebas bepergian keluar.
Muhlis berkisah, sebelumnya dirinya dan H.Yuling, rekannya yang sama-sama dari kampung Mangolo, tidak pernah membayangkan akan berada di Wisma Atlet sebagai relawan medis.

Sebab awalnya, kata Muhlis, keberangkatannya ke Jakarta bersama H-Yuling yang sama-sama alumni AKPER Pemda Kolaka dengan tujuan ke Negara Jerman (Germany) dalam rangka mengikuti pelatihan bahasa Jerman di Negara bekas kekuasaan Adol Hitler. Namun, sebelum ke Jerman, mereka lebih dulu mengikuti seleksi penjaringan yang diadakan salah satu perusahaan swasta di Jakarta. “Kami tinggal menunggu untuk diberangkatkan, tapi bersamaan Pandemic Global Covid-19, Jerman juga di isolasi, jadi keberangkatan kami ke Jerman tertunda,” tuturnya.

Masa menunggu tersebut dimanfaatkan Muhlis dan H.Yuling untuk mencoba mendaftar sebagai relawan medis Covid-19 yang dibuka Pemerintah Republik Indoenisa. Berbekal pengalaman sebagai perawat dan relawan Palang Merah Indonesia (PMI )Kabupaten Kolaka, keduanya dengan mudah diterima menjadi bagian relawan medis Covid-19. Jadilah keduanya bermarkas di Wisma Atlet RS Darurat Covid-19.

Muhlis mengisahkan kesannya berinteraksi dengan pasien Covid-19 yang kini mencapai ratusan di RS Darurat Wisma Atlet. Sebagian pasien berstatus positif dan sebagian pasien ODP (Orang Dalam Pengawasan). Selain melayani perawatan medis, para relawan juga dituntut mampu menghidupkan komunikasi dengan pasien.

“Masing-masing pasien itu beda psikologinya, ada yang masih semangat, tapi lebih banyak yang down (turun semangat). Tugas kita salah satunya harus bisa menyemangati. Jadi kita banyak komunikasi dengan pasien,” katanya.

Sebagai relawan medis, tambah Muhlis, tidak hanya soal pelayanan kesehatan yang menjadi fokus terhadap pasien, melainkan segala keperluan pasien akan mereka layani. “Biasanya ada pasien yang minta tolong ini,itu, sebisa mungkin kita fasilitasi sesuai prosedur,” kata Lajang kelahiran 1991 ini.

Muhlis dan H.Yuling (foto.is)

Terkait pakaian APD yang mereka gunakan setiap berdinas, Muhlis mengatakan jika pakaian hazmat yang mirip baju astronot hanya digunakan sekali pakai. Begitu pun masker yang mereka gunakan berlapis dua, yakni masker bedah dan masker N-95. “Usai dipakai akan langsung dibuang atau dibakar, kecuali sepatu dan kacamata yang disterilkan kembali,” tuturnya.

Kepada masyarakat, Muhlis berpesan agar persoalan wabah Corona atau Covid-19 tidak dipandang enteng. Sebab penularan virus tersebut sangat rentan, sehingga orang yang sehat,bugar pun jika terpapar virus tersebut, maka akan dengan mudah menjangkit.

Bahkan, sebagian penderita tidak pernah merasakan gejala sebelumnya, tiba-tiba positif.
Ia berharap, agar masyarakat mendengar dan patuh dengan himbauan pemerintah untuk kebaikan bersama. “Jaga jarak, hindari keramaian, konsumsi vitamin agar tidak menambah korban,” pesannya.
—-
Catatan: Wawancara hanya diwakili Muhlis Muin, sementara H.Yuling saat wawancara masih menjalankan tugasnya.

Editor

Comment