LASUSUA, TOPIKSULTRA.COM — Program revitalisasi perkebunan kakao di Desa Labipi Kecamatan Pakue Tengah, Kabupaten Kolaka Utara (Kolut) membuahkan hasil.
Dari 39 Hektar lahan yang digarap dua Kelompok tani di desa tersebut, kini sudah menghasilkan buah yang cukup lebat. “Awal mulai menanam kami lakukan pada Februari 2018, berarti usia 2 tahun sudah berbuah,” kata Kepala Desa Labipi, Muhtady kepada TOPIKSULTRA.COM, Jumat (25/12/2020).
Menurutnya, kedua kelompok tani masing-masing: kelompok tani Jaya Abadi beranggotakan 25 orang mengolah lahan 19 hektar dan kelompok tani Makmur 25 orang dan menggarap lahan seluas 20 hektar.
Untuk mendukung program revitalisasi tersebut, para petani mendapat bantuan pengadaan bibit dari Pemda Kolaka Utara melalui anggaran APBD. Sementara, secara tehnis berkebun kakao dari program revitalisasi senantiasa didampingi penyuluh pertanian atau mantri kebun.
“Alhamdulillah, sekarang sudah mulai berbuah, kalau dirata-rata jumlah pohon yang sudah berbuah mencapai 20 persen, ini baru permulaan,” kata Muhtady didampingi pendamping desa tehnis lapangan dan mantri kebun.
Ditambahkan, selain dua kelompok tani yang sudah lebih dulu melaksanakan program revitalisasi, tahun 2020 ini bertambah tiga kelompok tani di Desa Labipi dan juga mendapatkan bantuan bibit kakao tahap kedua.
Kepala desa juga berjanji, tahun depan pihaknya akan menganggarkan pembelian pupuk yang bersumber dari dana desa.
“Yang tahap kedua ini, mudah-mudahan tahun depan juga sudah bisa panen,” tuturnya seraya berharap, ke depan ekonomi masyarakat petani di Desa Labipi akan lebih baik dengan kesuksesan revitalisasi kakao seperti harapan bupati Kolut untuk mengembalikan kejayaan kakao Kolut.
“Mewakili masyarakat, kami menyampaikan terimakasih kepada bupati Kolut dengan program revitalisasi kakaonya,” ujarnya.
Mantri kebun, Ambo Asse yang mendampingi para petani di Desa Labipi mengakui, program revitalisasi kakao ini bukan tanpa kendala dan hambatan dalam pelaksanaannya. Salah satunya dipicu faktor cuaca. Ia mencontohkan, pada bulan Juni 2019 sempat mengalami penurunan pertumbuhan dan banyak bibit kakao yang baru ditanam tidak berhasil tumbuh atau banyak yang mati akibat kemarau panjang.
“Nanti awal tahun 2020 kesuburannya meningkat hingga saat ini mulai menghasilkan buah,” katanya.
Kendala lain, tutur Ambo Asse, biaya pembelian pupuk yang tidak terjangkau sebagian petani, serta faktor masih minimnya pengalaman bagaimana proses penanaman yang benar termasuk pemeliharaan. “Tetapi dengan kesungguhan petani dan kegigihan penyuluh mendampingi petani sehingga hari ini sudah membuahkan hasil,” katanya.
Menurut Ambo Asse, dua Kelompok tani yang sudah duluan menanam bibit kakao, kalau dirata-rata kisaran hasil panen sudah mencapai 20 persen panen awal. Sedangkan tiga kelompok tani lainnya masih tahap penanaman dan pemeliharaan. “InsyaAllah, kalau tidak ada kendala tahun depan juga sudah mulai panen,” tuturnya.
Laporan : Ahmar