LASUSUA, TOPIKSULTRA.COM — Ibu Rabasia (45), buruh tani asal Desa Makkuaseng Kecamatan Batuputih Kabupaten Kolaka Utara (Kolut), sejak 4 tahun lalu ini tak dapat berbuat apa-apa, selain hanya bisa berbaring di tempat tidur, di atas ranjang tua beralaskan kasur tipis yang sudah usang.
Kecelakaan kecil di tahun 2017, menyebabkan Rabasia mengalami kelumpuhan hingga hari ini. Saat itu, Rabasia bersama suami dan keempat anak laki-lakinya yang bekerja sebagai buruh tani harian, hendak berangkat bekerja ke salah satu ladang milik orang lain.
Dalam perjalanannya, kaki Rabasia tersandung bebatuan kecil/ kerikil, yang membuatnya tergelincir jatuh. “Tapi nanti satu minggu kemudian, baru dia rasa sakitnya,tidak bisa lagi mengangkat kedua kakinya,” kata Abu Bakar (65), suami Rabasia,kepada TOPIKSULTRA.COM, Minggu, (17/1/2021), di kediamannya Desa Makkuaseng.Menurut Abu Bakar, istrinya sempat dibawa ke RSUD
Djafar Harun, Lasusua untuk mendapatkan perawatan. Hasil pemeriksaan medis mendiagnosa adanya pergeseran tulang kaki sampai ke tulang belakang. “Dokternya bilang, tulang kakinya bergeser sampai tulang belakang,” tuturnya.Karena ketidakmampuan ekonomi untuk meneruskan pengobatan istrinya di rumah sakit, Abu Bakar terpaksa membawa pulang istrinya ke rumah sebelum pengobatan Rabasia pulih dan tuntas.
Abu Bakar mengaku baru mengantongi kartu Bantuan Pengaman Jaringan Sosial (BPJS) tahun 2019. Namun, ia sadar hanya dengan berbekal kartu BPJS, tetapi saja mereka tidak mampu untuk kembali membawa Rabasia melanjutkan pengobatan dan perawatan di rumah sakit.
“Sudah 4 tahun isteri terbaring, tidak perubahan, walaupun sudah banyak obat, baik obat dari dukun maupun dari bidan, tetap tak ada perubahan,” kata Abu Bakar.
Semenjak Rabasia terbaring sakit, Abu Bakar juga tak dapat melanjutkan bekerja sebagai buruh tani. Bersyukur, pasangan ini dikarunia 4 orang anak laki dan 1 anak perempuan. Keempat anak laki-lakinya inilah yang juga bekerja sebagai buruh tani, yang menopang dapur rumah tangga Abu Bakar tetap mengepul.
Abu Bakar juga mengaku bersyukur, karena untuk membantu memudahkan sang istri ketika hendak buang air atau mandi, mereka mendapat pinjaman kursi roda dari kerabat, walaupun kondisi kursi roda tersebut sudah usang, namun masih bisa dipakai. “Syukur, sejak pertenagahan 2018, ada keluarga yang pinjamkan kursi roda. Sebelum ada itu kursi roda pinjaman, saya dan anak-anak bergantian menggendong ibu ke kamar mandi,” ujarnya.
Abu Bakar sangat berharap, istrinya bisa sembuh dan kembali beraktivitas seperti normal. “Saya sangat berharap bisa membawa istriku berobat ke rumah sakit, tapi apa dayaku, saya tidak punya kemampuan,” tuturnya lirih.
Menyinggung bantuan dari pemerintah selaku keluarga pra sejahtera, Abu Bakar mengaku sudah pernah menapat bantuan sembako dari pemerintah, yang diterimanya bersamaan dengan warga lain. “Kalau ditanya apa yang dibutuhkan istri saya yang sakit, kami butuh kasur dan kursi roda,” katanya.
Kepala Desa Makkuaseng, M. Dadjar, mengatakan semenjak warganya menderita lumpuh, dirinya selaku kepala desa sudah koordinasi dan melaporkan ke pihak Dinas Sosial Kolaka Utara, termasuk pihak Puskesmas Batuputih melalui petugas kesehatan desa. Namun sampai hari ini belum ada respon. “Kami sudah sampaikan ke pihak terkait, namun hanya dijanji, belum ada respon,” katanya kepada topiksultra.com, Sabtu,(17/1/2021).
M Djadjar mengaku prihatin dengan kondisi warganya yang sudah 4 tahun menderita kelumpuhan. Namun, dirinya tidak bisa berbuat banyak, selain hanya bisa membantu meringankan beban pihak keluarga. “Setiap dua kali sebulan saya pribadi membantu memmberi mereka biaya hidup, baik berupa uang maupun beras,” katanya.
Djajar berjanji, tahun 2021 ini, pihaknya akan mengupayakan mengajukan proposal ke Dinas Perumahan Kolaka Utara, agar keluarga Abu Bakar mendapatkan bantuan bedah rumah.
Namun, Djadjar berharap, kalau ada dermawan yang siap membantu warganya, pihaknya sangat berterimakasih, mengingat kondisi rumah yang ditempati keluarga Abu Bakar, kategori tidak layak huni.
Laporan: Ahmar