TOPIKSULTRA, KOLAKA UTARA — Harga minyak goreng pada pekan ketiga November 2021 untuk wilayah Kabupaten Kolaka Utara (Kolut), Sulawesi Tenggara terus melonjak. Lonjakan harga tersebut membuat para pedagang gorengan menjerit.
Agar tidak merugi, para pedagang gorengan di beberapa tempat menyiasati harga dengan cara memperkecil ukuran dan juga mengurangi porsi gorengan.
Sutriani, pedagang gorengan asal Kelurahan Lapai, Kecamatan Ngapa mengungkap, dengan naiknya harga minyak goreng membuatnya menaikkan harga.
“Kalau dulu harga semua jenis gorengan per bijinya Rp 1.000 sekarang naik Rp 5.000 per empat biji,” kata Sutriani kepada TopikSultra.Com di lokasi jualannya pada Sabtu (21/11/2021) malam.
Namun, dengan perubahan harga tersebut, ia mengaku omsetnya sedikit menurun dibanding sebelumnya.
“Mau diapalagi mas, karena belinya mahal ya kita pasrah saja. Kenaikan ini sangat memberatkan terlebih kita yang masih ngontrak mas,” keluhnya.
Sementara itu pedagang gorengan lainnya, Ani mengaku, terpaksa menaikkan harga gorengan agar tidak merugi.
“Semua jenis gorengan naik pak, karena minyak naik, tiga hari yang lalu saja harga minyak goreng sudah Rp 19.000 per liter,” ujar Ani yang menjajakan jualannya di Desa Beringin, Kecamatan Lapai.
Berbeda dengan di Kecamatan Ngapa, pedagang gorengan di Kota Lasusua lebih memilih mengubah ukuran goreng menjadi lebih kecil dibanding sebelumnya.
“Kalau saya tidak menaikkan harga gorengan, cuma mengurangi ukurannya saja,” ucap pedagang gorengan di Kecamatan Ngapa, Fatma.
Menanggapi melejitnya harga minyak goreng di beberapa pasar di Kolaka Utara, Kepala Dinas Perdagangan Kolaka Utara, Risal Natsir memgatakan, jika persoalan tersebut terjadi secara nasional, tidak hanya di Kolut tapi semua daerah mengalaminya.
“Kenaikan tersebut menurut informasi dipicu naiknya harga komoditas minyak kelapa sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) di pasar dunia,” jelasnya.
Ia mengaku, tak berdaya dengan kenaikan tersebut. Namun, pihaknya tidak mungkin menggelar pasar murah mengingat anggaran terbatas.
“Sekarang kami hanya mengantisipasi ketersediaan stok minyak goreng di pasaran jelan hari raya natal dan tahun baru, sehingga meski naik kebutuhan masyarakat di Kolaka Utara tetap terpenuhi,” katanya.
Ia juga memastikan stok minyak goreng di pasaran tetap aman sampai hari natal dan tahun baru.
“Jadi masyarakat tidak usah panik dan terburu-buru membeli,” urainya.
Dilansir dari suara.com, kenaikan harga minyak goreng kata Menteri Perdagangan (Mendag), Lutfi, dipicu karena naiknya harga komoditas minyak kelapa sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO).
Mendag menjelaskan, CPO merupakan bahan baku dari produk minyak goreng. Dengan begitu, jika harga CPO naik maka, harga minyak goreng mau tak mau juga ikut merangkak naik.
Kata Mendag, Saat ini harga CPO mencapai USD 1.250 dan kemungkinan akan terus merangkak naik.
“Jadi ini (harga CPO) akan naik lebih dari USD 1.500 pada tahun depan karena panen dari pada kelapa sawit kita ini, panen dari kelapa sawit dari seluruh dunia itu tidak akan terlalu baik,” ujar Lutfi dalam sebuah webinar, Jumat (19/11/2021).
Kenaikan harga minyak goreng yang saat ini mencapai Rp 18 ribu per kilogram tidak bisa terhindarkan. Sebab, tutur dia, harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan sebesar Rp 11 ribu per kilogram saat harga CPO hanya USD 600 per ton .
“Dan, begitu harganya dua kali lipat maka harga minyak goreng hari ini lebih dari Rp 16 ribu, terkadang lebih dari Rp 16 ribu sebagai bagian yang tertinggi. Tetapi ini konsekuensi dari pada market internasional,” ucapnya
Laporan : Ahmar
Comment