Tak Ada Pembeli, Gabah Petani di Kolut Menumpuk, Musim Tanam ini Pilih Beralih ke Nilam

LASUSUA, TOPIKSULTRA.COM — Sejumlah petani padi di Desa Parulampe Kecamatan Batu Putih Kabupaten Kolaka Utara (Kolut), mengeluhkan tidak adanya pedagang beras yang mau membeli gabah maupun beras, hasil panen petani medio November 2020.

Mina (59), salah seorang petani, mengaku bingung karena hasil panen bulan November 2020 masih menumpuk karena tak ada pembeli. “Saya tidak tahu lagi harus jual kemana. Setiap pedagang yang saya datangi, mengaku tidak bisa membeli gabah hasil panennya karena mereka juga kesulitan menjualnya Karena stok beras dari luar masih banyak,” kata Mina kepada TOPIKSULTRA.COM, mengeluhkan kondisi petani padi di desanya saat ini, Kamis (14/1/2021).

Mina mengaku, dirinya masih memiliki stok gabah lebih dari 60 karung, hasil panen bulan November lalu diatas lahan seluas 1 hektar. “Petani lain
bahkan ada yang menyimpan hingga 100 karung bahkan lebih,” tuturnya.

Mina menduga, salah satu penyebab tidak adanya serapan penjualan gabah atau beras petani di desanya, karena banyaknya program bantuan sembako yang dilaksanakan pemerintah, menyebabkan pembelian beras di pasar-pasar atau kios sembako menjadi sangat sedikit. “Kalau pun ada pengecer lokal yang membeli, itu sangat sedikit,” ujarnya.

Mestinya kata Mina, kalaupun pedagang mengurangi pembelian, pemasok sembako yang ditunjuk pemerintah harusnya tetap menyerap beras petani untuk kebutuhan program bantuan sembako. “Tapi yang terjadi saat ini, beras petani lokal tidak laku, program bantuan sembako yang dilaksanakan saat ini banyak menggunakan beras simpanan dari Bulog, sedangkan Bulog sendiri saat ini tidak membeli beras petani dari kami,” katanya.

Kepala Desa Parulampe, Muh. Asri membenarkan keluhan petani di desanya. Menurutnya, 95 persen masyarakat Desa Parulampe hidupnya bergantung pada Persawahan. Namun, yang jadi persoalan dihadapi petani saat ini, karena beras mereka tidak diserap pedagang. “Penjualan hanya mengandalkan pengecer lokal dengan pesanan untuk konsumsi terbatas,” kata Aris kepada TOPIKSULTRA.COM, ditemui di kediamannya, Kamis (14/1/2021).

Menurut Aris, hasil panen petani di desanya sejak tahun 2018 hingga 2020 minim serapan. “Kalaupun ada pihak pembeli, baru digilingkan, itupun sangat terbatas paling tinggi 5 karung isi 50 kg,” katanya.

Menurutnya, seandainya ada pedagang besar yang bersedia menadah atau membeli hasil panen petani, tentunya mereka akan sangat semangat menggarap lahan padi. Namun, karena tidak adanya pedagang yang menyerap beras petani, para petani di Desa Parulampe kini memilih beralih menanam nilam.

“Saat ini petani padi justru mulai beralih menanam nilam karena harganya lebih bagus dan sangat laku di pasaran,” katanya.

Asri menambahkan, kalau stok beras petani di desanya saat ini hanya dikonsumsi sendiri, maka hingga tahun depan, stok beras belum habis. “Ada yang menyimpan 20 karung, 40 karung hingga 100 karung lebih,” katanya.

Pihaknya, kata pa desa, tidak bisa memaksakan petani untuk kembali menggarap sawah mereka tahun ini, karena stok beras yang ada saja saat ini masih banyak. “Jangan sampai musim tanam ini menanam lagi, kasian gabah bisa rusak percuma,” ujarnya.

Aris menuturkan, Kabupaten Kolaka Utara sebenarnya bisa menjadi penghasil beras kedua di Sultra, setelah Kabupaten Konawe, mengingat ada beberapa kecamatan di Kolut yang lahan dan potensi sawahnya cukup luas, diantaranya Kecamatan Wawo, Ranteangin, Lasusua, Pakue Tengah, Batuputih, dan Porehu.

Asri berharap, pemerintah kabupaten dan dinas terkait bisa membantu petani mencarikan jalan keluarnya, agar gabah petani bisa laku di pasaran agar petani bisa menambah penghasilan apalagi ditengah pandemik covid-19.

Laporan: Ahmar

Editor