WAKATOBI, TOPIKSULTRA.COM – Peringati World Cleanup Day (WCUD) 2019, terlibat sebanyak 112 pelajar di Desa Waloindi, Kecamatan Togo Binongko, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara (Sultra), sukses menggelar aksi bersih pantai pada Sabtu 21 September 2019.
Sebanyak 112 pelajar dari Sekolah Dasar (SD), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Madrasah Aliyah (MA) Desa Waloindi bersama komunitas KATUTURA Art and Culture sukses menggelar aksi bersih pantai Waliakona peringati World Cleanup Day (WCUD) 2019.
Dalam aksi ini tidak hanya memungut sampah, tetapi gabungan pelajar bersama komunitas ini memberikan pandangan berbeda tentang adanya sampah plastik menjadi icon yang unik.
Koordinator pelaksana, Ali Hanafi (28) sangat mengapresiasi semangat siswa siswi Waloindi yang telah bergabung pada aksi WCUD yang bergerak serentak di seluruh dunia pada hari yang sama,l.
“Sebanyak 116 volunter yang tergabung dari SD, MTs, Aliyah dan komunitas pada aksi bersih dengan panjang pantai sekitar 500 meter dan kami tidak hanya memungut, tetapi kami sekaligus membuat workshop bank sampah dan instalasi ikan dari sampah plastik yang dikumpulkan,” ucap anggota komunitas Katutura ini.
Sampah plastik, kata Ali, merupakan hal yang sangat biasa jika dikumpul dan dibiarkan begitu saja. Tapi kalau sampah ini kemas artistik tentu saja akan menjadi suatu icon yang unik.
“Tanpa biaya besar, alhamdulillah kami mampu membuatnya menjadi patung atau instalasi ikan,” tambahnya.
Semua sampah yang terkumpul, dipilah untuk dipisahkan pada dua tempat yakni bank sampah di isi dengan botol plastik, botol kaca, sendal, kantung plastik dan sampah campuran lainnya. Manfaat bank sampah ini akan menjadi penyediaan jika sewaktu-waktu dibuatkan dengan karya yang berbeda.
“Dan pada instalasi ikan berdiameter 5×2 ini di isi dengan sampah tali yang kami pungut,” urainya.
Kepala Sekolah (Kepsek) MTs Waloindi, Juel Gadril, S.Pd (29) sangat berterimakasih kehadiran komunitas Katutura bersama semangat pelajar desa Waloindi yang telah ikut mensukseskan WCUD 2019 di pantai Waliakona, Togo Binongko.
“Titik kumpul kami di Baruga dan mulai star dari pukul 07.00 Wita dengan jalan kaki berjarak kurang lebih tiga kilo dari desa ke lokasi titik aksi dan Alhamdulillah, kami berhasil mengumpul sampah plastik kurang lebih sebanyak 205 kg di pantai Waliakona,” katanya.
Terdiri dari jenis sampah, botol palstik 2,1 kg, botol kaca 4,2 kg, sendal 4,0 kg, tali 168 kg serta sampah campuran sebanyak 5,3 kg yang kami aksi mulai pukul 08.25 sampai pukul 02.50 Wita.
Sampah plastik di pesisir, merupakan sampah kiriman dari berbagai tempat yang harus diperhatikan untuk tidak menutupi pasir putih kita di Wakatobi, khususnya di Pulau Binongko, sebab Indonesia merupakan penyumbang sampah plastik terbesar di dunia pada urutan ke dua setelah China.
“Pada aksi ini merupakan suatu hal yang perlu di contoh kepada siswa dan pemuda tentang bagaimana mempergunakan sampah plastik menjadi karya seni yang telah kita saksikan saat ini dan juga karya seni dari sampah plastik memiliki nilai ekonomis jika dikemas dengan baik, paparnya,” ungkapnya.
Salah satu seniman Hedongka Project (Hedpro), Safart (27) menambahkan, konsep aksi bersih pantai pada WCUD 2019 ini sangat memiliki nilai yang produktif. Sampah apapun bisa dijadikan karya seni seperti yang kita saksikan saat ini.
“Kalau sampah plastik di bakar akan mempengaruhi kesehatan mahluk hidup karena mengandung kimia beracun dan juga kalau hanya dipungut, dikumpul dan dibiarkan begitu saja, akan tetap menjadi sampah dan juga akan mempengaruhi tumbuh-tumbuhan khususnya tanaman kebun yang hasilnya 500 tahun bahkan lebih sampah plastik itu terurai,” tutupnya.
Penulis: La Ode
Comment