TOPIKSULTRA.COM, KOLAKA UTARA — Di Pertemuan Rembuk Stunting yang dilaksanakan oleh Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten, bersama dengan Tim Percepatan Penurunan Stunting Kecamatan Pakue,Pakue Tengah,Pakue Utara, Pemerintah Desa,Tim Kesehatan dari Puskesmas, Tenaga Penyuluh KB, serta para Kader Posyandu Desa untuk menindaklanjuti hasil Sensus Stunting yang di laksanakan pada bulan Juni tahun 2024.
Kegiatan tersebut dihadiri oleh Tim Percepatan Penurunan Stunting dari tiga Kecamatan Pakue, Pakue Tengah dan Pakue Utara mulai dari Pemerintah Kecamatan,Desa, Puskesmas, Penyuluh KB dan Kader Posyandu Desa, yang dipusatkan di Aula Kantor Kecamatan Pakue Utara.Senin (8/7/2024).
Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting Kabupaten (TPPS Kab), Dr. H. Taupiq,S. S.P.M.M dan didampingi oleh Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana,Hj. Hasrayani, S.P serta para perwakilan Para OPD dan Forkompinda membuka secara langsung acara tersebut dan kemudian mendengar pemaparan perkembangan Kasus Stunting yang terjadi di tiga wilayah tersebut. Tim Dinas Kesehatan terkait dengan Data Hasil Sensus Stunting yang telah di update di aplikasi e PPBGM.
Dihadapan Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten juru bicara TPPS Kabupaten Kolaka Utara dari Dinas Kesehatan, Muliani, SKM menyampaikan hasil Posyandu yang dilaksanakan di seluruh wilayah di tiga Kecamatan mulai dari Pakue, Pakue Tengah dan Pakue Utara dan ketiga wilayah ini telah mencapai target 100 persen.
“Mari kita perhatikan hasil pengukuran terhadap Balita di Posyandu dan datanya telah di input oleh petugas gizi Puskesmas di aplikasi EPPBGM dan data ini kita akan gunakan sebagai bahan pelaporan di Kementerian Kesehatan sebagai dasar kita untuk melakukan Intervensi Stunting,” ujar Muliani saat menyampaikan hasil Sensus Stunting di Aula Kantor Kecamatan Pakue Utara. Senin (8/7/2024)
Lebih lanjut, Muliani mengatakan sebelumnya pihaknya mengklaim dari 17 Kabupaten dan Kota di Sulawesi Tenggara, Kolaka Utara berada di urutan pertama mencapai target 100 persen berdasarkan hasil inputan petugas gizi setiap Kecamatan.
“‘Data ini kami sudah tarik datanya secara keseluruhan dari aplikasi eppbgm dan hasil pengukuran telah mencapai 100 persen terhadap Balita di tiga Kecamatan Pakue, Pakue Tengah dan Pakue Utara,” katanya
Lebih lanjut, Muliani mengatakan jumlah data sasaran balita sesuai dengan data ePPGBM Kecamatan Pakue dengan jumlah 11 Desa terdapat sebanyak 704 Balita yang di ukur dan ditimbang dan mencapai 100 persen.
“Jumlah Stunting di Kecamatan Pakue 11 orang Balita prevalensi Stunting 1,56 persen,gizi buruk nol, resiko gizi lebih 62 orang Balita,gizi lebih 51 orang, obesitas, 36 orang, Wasting, 5 orang dan Underweight,9 orang Balita,” katanya
Sementara sasaran Balita di 10 Desa, Kecamatan Pakue Tengah sebanyak 571 orang Balita, capaian 100 persen, jumlah Balita Stunting, 11 orang Balita, dengan capaian prevalensi Stunting,1,93 persen, gizi buruk nol, resiko gizi lebih, 37 orang, gizi lebih, 6 orang Balita, obesitas, 6 orang, Wasting, 16 orang dan Underweight, 34 orang.
” Begitu pula dengan kondisi di 9 Desa Kecamatan Pakue Utara jumlah sasaran Balita,531 yang telah di ukur dan ditimbang dan telah mencapai 100 persen, jumlah Stunting, 55 orang Balita, prevalensi Stunting 10,36 persen, gizi buruk 3 orang Balita, resiko gizi lebih, 13 orang Balita, obesitas, 2 orang, Wasting, 29 orang Balita dan Underweight, 92 orang,” ungkapnya
Menurutnya, prinsip pemberian makanan tambahan lokal Balita, berupa makanan siap santap, dalam bentuk makanan lengkap atau makanan selingan atau kudapan kaya protein hewani dengan memperhatikan gizi seimbang.
“Sumber protein hewani diharapkan dapat bersumber dari 2 jenis bahan pangan hewani yang berbeda. Misalnya telur dan ikan, telur dan ayam, telur dan daging. Tujuannya untuk mendapatkan kandungan protein tinggi dan asam amino lengkap,” terangnya
Sedangkan berupa tambahan asupan dan bukan pengganti makanan utama. PMT disertai edukasi (demontrasi atau penyuluhan dan konseling) dengan mengedepankan prinsip pemberdayaan masyarakat. Lama waktu pemberian makanan tambahan sesuai dengan masalah Balita gizi kurang diberikan makanan tambahan 48 minggu,Balita berat badan kurang diberikan makanan tambahan selama 28 hari.Balita tidak naik berat badannya (T) diberikan makanan tambahan selama 14 hari.
“Diberikan setiap hari.dalam 1 siklus menu setidaknya diberikan 1 kali makanan lengkap sebagai sarana edukasi isipiringku, sisa hari lainnya diberikan sebagai makanan selingan atau kudapan. PMT lokal pada anak 6-23 bulan, dilakukan sesuai prinsip Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) dan tetap
melanjutkan pemberian AS(on demand) 12,” ucapnya
Menurutnya, prinsip pemberian makanan tambahan lokal Ibu hamil berupa makanan siap santap, dalam bentuk makanan lengkap atau makanan selingan atau kudapan yang mengandung protein hewani dengan memperhatikan gizi seimbang, membatasi penggunaan gula, garam dan lemak tinggi (GGL).
“Berupa tambahan asupan dan bukan pengganti makanan utama. PMT disertai edukasi (demontrasi penyuluhan konseling) Mengedepankan prinsip pemberdayaan masyarakat lama waktu pemberian makanan tambahan makanan tambahan Ibu hamil diberikan selama minimal 120 hari diberikan setiap hari.Dalam 1 siklus menu setidaknya diberikan 1 kali makanan lengkap sebagai sarana edukasi isi piringku, sisa hari
lainnya diberikan sebagai makanan selingan/kudapan padat gizi,” tuturnya
Laporan : Ahmar
Comment