BOMBANA,TOPIKSULTRA.COM — Fitri Indar Dewi (19), salah satu mahasiswi asal Sulawesi Tenggara Kabupaten Bombana, yang menimba ilmu di University of Science and Technology Hubei China.
Sejak Selasa 18 Februari 2020 lalu, bersama 3 orang rekannya asal Kendari dan Kolaka tiba di kampung halaman, setelah sebelumnya menjalani karantina bersama 285 WNI di Pulau Natuna, Kepulauan Riau.
Meski saat dipulangkan ke kampung halaman dalam keadaan sehat dan dinyatakan pihak terkait: aman atau tidak terjangkit covid-19. Namun, Fitri yang kesehariannya kini banyak menghabiskan waktu bersama keluarga besarnya di Kelurahan Kasipute Kabupaten Bombana, mengaku justru merasa tertekan secara psikologi (trauma).
Pasalnya, tidak sedikit teman dan orang-orang sekitarnya masih menaruh kecurigaan dan terkadang mencandainya yang rasanya menyakitkan dan membuatnya sedih.
“Eh corona, jangan dekat-dekat, nanti ada coronamu,” tutur Fitri menirukan ledekan atau candaan orang-orang yang bertemu dengannya.
Menurut Fitri, sebelum dipulangkan dari karantina di Pulau Natuna bersama 285 WNI lainnya, Fitri maupun keempat rekannya dari Kendari dan Kolaka sudah menjalani pemeriksaan kesehatan yang menyeluruh dan mereka dinyatakansehat.
Namun, sampai saat ini pandangan bahkan ketakutan yang berlebihan dari masyarakat Indonesia termasuk di wilayahnya, yang seolah penuh curiga terhadap mereka yang baru pulang dari Cina negara asal covid-19.
“Saya dijuluki “eh corona”, saya tau itu hanya candaan, tapi rasanya menyakitkan,” tuturnya kepada topiksultra.com, Ahad (21/3/2020), di kediamannya.
Menyikapi candaan menyakitkan tersebut secara positif, Fitri mengaku lebih baik diam. Karena menurutnya, mereka yang sering melontarkan candaan menyakitkan, karena mereka belum atau tidak merasakan seperti apa yang dilaluinya. “Tidak bisakah mereka percaya kalau saya sehat. Saya hanya kecewa sama orang – orang yang seharusnya bisa mendukung saya malah mereka takut dan menjadikan saya bahan candaan,” sedihnya.
Fitri mengaku, dalam situasi seperti yang dia rasakan, dia justru berfikir agar lebih cepat kembali ke Hubei Cina menjalani perkuliahan seperti semula, dimana dirinya bersama rekannya yang lain bisa mendapat perlakuan yang sama dan tidak ada kecurigaan satu sama lain. “Saya saat ini tinggal di tempat yang aman, tapi diperlakukan tidak sama, masih saja dicurigai,” katanya.
Jalani Kuliah Online Via Grup Wechat
Setelah University of Science and Technology Hubei resmi meliburkan mahasiswa hingga jangka waktu yang belum dipastikan, untuk menghindari merebaknya wabah covid-19, bukan berarti proses perkuliahan juga diliburkan.
Saat ini, kata Fitri, mereka menjalani proses perkuliahan jarak jauh atau online dengan memanfaatkan aplikasi ruang grup we chat dengan pola tatap muka melalui video call yang melibatkan semua mahasiswa sekelas. Adapun jadwal perkuliahan Tiga(3) kali dalam seminggu yakni Senin, Rabu, serta Jumat, dimulai dari jam 14.30 sampai selesai.
“Kuliah saya masih berjalan lancar. On time setiap jadwal. Biasanya kalau habis kelas pasti dikasi tugas workbook yakni mengerjakan soal yang sudah dirangkum dalam 1 bab, newwords menulis kosa kata, sama lesson dari materi yang di pelajari hari itu,” urainya.
Menurutnya, meski kuliah berjalan normal dan efektif. Namun, terkadang muncul kendala saat video call karena jaringan internet di daerahnya sering terganggu.
Kondisi Terakhir di University of Science and Technology Hubei.
Dari informasi yang diterima Fitri saat ini kota wuhan sedang dalam pemulihan dari virus covid- 19, termasuk distrik xianning tempat Ia tinggal. Petugas kesehatan sudah ditarik dari rumah sakit tempat pemulihan, karena menurutnya sudah tidak terdapat pasien covid 19.
Perkembangan di kampus sangat Alhamdulillah. Karena di kota tempat saya tinggal sudah tidak ada lagi pasien suspect covid-19,” kata Fitri.
Fitri mengaku setiap saat dirinya bersama rekannya yang dari Indonesia terus mengupdate informasi dan perkembangan dari Hubei dan Wuhan Cina. “Untuk kembali kuliah kami masih menunggu informasi. Saat ini masih proses pemulihan, jadi kami masih menjalani proses kuliah online,” ujarnya.
Pesan Fitri untuk ODP yang Sedang Menjalani Karantina Mandiri
Bagi mereka yang saat ini sedang menjalankan masa karantina Mandiri, mahasiswi jurusan kedokteran semester awal ini berpesan agar kiranya dapat mengurangi jadwal keluar rumah jika tidak ada hal yang terlalu penting dan tetap menjaga jarak kepada orang lain.
“Makan yang cukup dan bergizi, cuci tangan setelah dan sesudah melakukan aktifitas, minum vitamin(C), perbanyak minum air putih, pakai masker jika anda merasa sakit. Karena sekarang masker sudah langkah, alangkah lebih bagusnya yang pakai yang sakit dan sehat cukup waspada,” ujar Fitri memberi tips.
Sebab menurutnya dalam situasi seperti saat ini, karantina mandiri memang perlu untuk dilakukan. Selain menjauhkan kita dari kemungkinan terjangkit, juga bisa mencegah terjadinya penyebaran.
“Kalau misalnya memang ada disekitar kita yang terkena. Saya pikir kita harus membangkitkan kesadaran diri masing – masing, Karena jika tidak dimulai dari diri kita sendiri dari siapa lagi,” katanya.
Selain itu, jangan pernah merasa takut untuk melaporkan ke petugas kesehatan setempat jika memang ada keluhan yang menjurus ke ciri-ciri covid-19, karena penanganan lebih cepat dapat mencegah kemungkinan buruk yang mungkin saja akan terjadi. “Karena jika tidak dimulai dari diri kita sendiri dari siapa lagi,” ucapnya.
Cerita menghadapi Masa Karantina dan Observasi
Saat menjalani masa karantina dan Observasi selama 14 hari di Natuna, menjadi pengalaman berharga bagi Fitri. Untuk mengatasi kebosanan saat karantina, Fitri menyibukkan diri dengan melakukan hal positif, seperti membaca buku, menulis, dan sesekali menonton TV dan selalu berpikir positif.
“Lakukan kualiti time dengan dirimu sendiri, lakukan hobi yang kamu sukai. Kalau misalnya lagi berkumpul dengan temanmu, saling bertukar pikiran adalah hal yang bisa membuat kamu rileks yang juga bisa kamu lakukan dengan komunikasi melalui Medsos,” tuturnya.
Laporan: Refli
Comment