LPPH dan GPMI Kepung Kejati Sultra, Desak Periksa Syahbandar Molawe Soal Dugaan Korupsi

Berita, Kendari, SULTRA193 Views
banner 468x60

TOPIKSULTRA.COM, KENDARI – Ratusan massa yang tergabung dalam Lembaga Pemantau Penegakan Hukum (LPPH) dan Gerakan Persatuan Mahasiswa Indonesia (GPMI) mengepung Kejaksaan Tinggi (Kejati) Sulawesi Tenggara (Sultra). Mereka mendesak agar memeriksa dugaan korupsi yang dilakukan pihak Syahbandar Molawe.

Koordinator Lapangan (Korlap) 1, Rendi Tabara mengatakan, Instansi pemerintah ini diduga terlibat dalam kasus tindak pidana korupsi di Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) PT Antam Tbk di Blok Mandiodo, Kabupaten Konawe Utara (Konut), Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra).

Menurutnya, penanganan kasus korupsi di WIUP PT Antam terkesan lambat, bahkan sampai saat ini penyidik Kejati Sultra belum memeriksa dan menetapkan satu orangpun dari pihak Syahbandar UPP Kelas I Molawe.

“Padahal, sangat jelas Syahbandar merupakan kunci utama atas keluarnya Ore Nikel dari dalam WIUP PT Antam tbk UBPN Konawe Utara di Blok Mandiodo,” kata Rendi pada Senin, 4 September 2023 di halaman kantor Kejati Sultra.

Awaludin Sisila menambahkan, lambatnya kinerja dari penegak hukum ini, menimbulkan tanda tanya besar.

“Bagaimana tidak, instansi yang memiliki kewenangan dalam menerbitkan izin keluarnya nikel dari IUP PT Antam, belum satupun yang diperiksa oleh Kejati Sultra,” kesalnya.

Oleh karena itu, pihaknya meminta Kejati Sultra, untuk berlaku profesional atau tidak tebang pilih dalam mengungkap pelaku tindak pidana korupsi penjualan nikel dari WIUP PT Antam UBPN Konut.

“Kami juga mendesak Kejaksaan untuk memanggil dan memeriksa mantan Kepala Syahbandar Kelas I Molawe Inisial LWL dan salah seorang oknum pegawainya berinisial INR, diduga memiliki peran penting dalam pusaran kasus korupsi pertambangan di WIUP PT Antam Konut,” tutupnya.

Aksi demo ini diwarnai dengan bakar ban di depan pintu gerbang kantor Kejati Sultra.

Hingga berita ini ditayangkan belum ada keterangan yang bisa dihimpun melalui pihak Kejati.

Pasalnya, pantauan topiksultra.com, ada dua kelompok massa saling beradu dan diantaranya membawa parang. Dari aksi tersebut seluruh staf yang berada di ruang piket Kejaksaan Tinggi serta massa yang hendak unjuk rasa berlari berusaha menyelamatkan diri dari konflik dua massa ini.

Editor

Related Posts

Jangan Ketinggalan Berita Lainnya

Comment